Trenggiling ini merupakan spesies trenggiling yang hidup di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Laos, Kamboja, Filipina, dan Vietnam.
Di Indonesia sendiri trenggiling dapat ditemukan di Sumatrea, Jawa, dan Kalimantan.
Habitat Trenggiling adalah di hutan, dan perkebunan. Biasanya mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka di pohon untuk beristirahat atau untuk mencari makan. Trenggiling tidak memiliki gigi. Mereka hanya memiliki lidah yang panjang, dan lengket untuk menangkap semut dan rayap.
Trenggiling memiliki cakar yang tebal dan kuat yang digunakan untuk menggali tanah saat berburu sarang semut atau sarang rayap. Trenggiling adalah penggali yang kuat dan akan membuat sarang di dekat sarang semut atau sarang rayap. Trenggiling juga memiliki indera penciuman yang sangat tajam sehingga bisa menemukan sarang semut atau rayap yang berada di dalam tanah.
Tubuh Trenggiling dilapisi oleh sisik dan rambut berserat. Panjang tubuh Trenggiling bisa mencapai 65 cm, dengan panjang ekor mencapai 56 cm. Berat tubuh Trenggiling bisa mencapai 10 kg, dan Trenggiling jantan cenderung lebih besar dari Trenggiling betina.
Trenggiling melahirkan setahun sekali. Biasanya dalam sekali persalinan mereka akan melahirkan satu atau 2 ekor anakan trenggiling. Selama tiga bulan berikutnya, induk trenggiling akan merawat anak-anaknya.
Trenggiling terkadang ditemukan berpasangan, tetapi pada hakekatnya mereka adalah binatang yang soliter, nokturnal, dan penakut. Mereka akan menggulung tubuh mereka seperti bola saat merasa terancam.
Dalam memperoleh pakan, trenggiling menggunakan indera penciumannya untuk mendapatkan mangsa. Sebelum menemukan mangsa, trenggiling biasanya membaui daerah yang diduga merupakan tempat bersarangnya mangsa. Kemudian ia menggali sumber pakan tersebut dengan menggunakan cakar depannya hingga mangsa keluar. Lidah trenggiling sudah bersiap-siap untuk menangkap mangsa saat mangsa sudah mulai keluar.
Perilaku minum pada trenggiling tidak jauh berbeda dengan cara memperoleh mangsanya. Trenggiling mengeluarkan lidahnya dan memasukkannya kembali dengan cepat ketika minum. Tak jarang, dalam aktivitas makannya di alam, trenggiling terlihat ikut memasukkan kerikil atau butiran pasir, yang tidak terlalu halus ke dalam mulutnya. Makanan yang dicerna di dalam lambung sepenuhnya dilakukan hingga menjadi halus dengan bantuan kerikil yang tertelan.
Menurut Farida, dalam penelitiannya, “Trenggiling (Manis javanica Desmarest, 1822), Mamalia Bersisik yang Semakin Terancam”, biasanya trenggiling dapat menggali tanah untuk membuat sarang atau mencari makan dengan kedalaman 3,5 meter.
Comments
Post a Comment